I. Pentingnya mengetahui...
Indonesia itu terkenal
sebagai negara agraris. Keadaan tersebut membuat kehidupan masyarakat
didominasi oleh bidang pertanian. Keadaan
pertanian berhubungan erat dengan suatu wilayah terkecil yang disebut desa.
Kehidupan desa sangat menentukan perkembangan bidang pertanian didalamnya.
Didesa dikenal dengan bentuk fisiologis, ekonomi, dan statistik, serta
pelapisan masyarakat. Istilah-istilah tersebut merupakan bentuk kajian
sosiologi pedesaan.
Tahukah pentingnya
mengetahui kehidupan suatu desa (sosiologi pedesaan) yang berhubungan dengan
bidang pertanian ?
Sosiologi pedesaan
menjelaskan tentang pola interaksi sosial yang ada di pedesaan dan pekerjaan
masyarakat pedesaan itu sendiri. Dengan mengetahui kehidupan suatu desa, akan
mengetahui perkembangan pertanian yang ada didalamnya.
Pengetahuan kajian
sosiologi pedesaan perlu di wujudkan. Salah satu bentuk mewujudkannya dengan
menulisnya dalam sebuah karya tulis yang menggambarkan keadaan disuatu desa.
Bentuk karya tulis tersebut harus mampu
mengidentifikasi dan menceritakan suatu desa berdasarkan dilakukan. Desa yang
dipilih berdasarkan bentuk fisiologis, ekonomi, statistik. Dan selanjutnya di
identifikasi pola pelapisan masyarakat menuut kajian sosiologi pedesaan. Adapun
desa yang saya pilih dalam tugas ini adalah desa Semin, kecamatan Nguntoronadi,
kabupaten Wonogiri, provinsi Jawa Tengah.
II.
Pengetahuan Desa Semin
Desa merupakan unsur terkecil yang
ada didalam kehidupan bernegara. Desa itu sendiri biasanya berperan penting
dalam penyuplai kebutuhan pangan dalam masyarakat. Dan desa memiliki ciri
tersendiri dilihat dari segi masyarakat, peraturan, dan kebiasaannya. Namun didesa
sekarang, peran tersebut semakin lama semakin menghilang, karena pengaruh dari
era modern ini. Seperti sifat dari masyarakat itu sendiri yang mulai mengikuti
sifat individualis meniru masyarakat kota.
Dewasa
ini masyarakat pedesaan yang dekat dengan kota mengikuti pola kehidupan
perkotaan. Namun keaadan seperti itu tidak terpengaruh oleh desa Simen yang terletak di kecamatan Nguntoronadi,
kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Desa ini terletak 24 km dari pusat kota
Wonogiri. Adapun untuk transportasi ke desa ini, bisa menggunakan mobil, sepeda
motor, dan kendaraan lainnya.Ciri khusus yang menyebabkan desa ini terkenal
oleh kehidupan luar adalah masyarakatnya yang menghidupi kehidupan pangannya
sendiri.
Masyarakat dipedesaan ini ditinjau
dari aspek fisiologis sangat terikat, dari aspek statistika kurang dari 2500, sedangkan
dari aspek ekonomi mencukupi. Semua hal tersebut dapat dibuktikan dalam pola
kehidupan masyarakat desa Simen. Pembuktian dari adanya keterikatan antar
masyarakat, kerukunan mereka dalam membangun desa sebagai pengolola sumber
makanan sendiri. Dari aspek statistika dilihat dari jumlah masyarakatnya yang
berkisar 1051 penduduk. Sedangkan dari segi ekonomi, masyarakat desa ini pas –
pasan. Hal itu disebabkan pola kehidupan mereka yang ingn mengatur seminimal
mungkin pengeluaran.
Pola
kepemilikan tanah mereka mayoritas menganut sistem petani gurem. Disebabkan
dilihat dari sekitar rumah mereka terdapat tumbuhan yang ditanam dalam polybag. Petani gurem merupakan petani
yang memanfaatkan halaman rumah kosongnya untuk ditanami tumbuhan. Tumbuhan
yang ditanam mereka adalah tumbuhan hortikultura seperti tomat, sawi, dan buah
naga. Sedangkan lainnya memiliki memilki
peternakan dan sawah. Kalau peternakan
mereka memelihara ikan lele dan jika di sawah menanam padi bogo.
Hubungan
yang penting antara suatu desa dan pertanian tercemin dalam kehidupan
masyarakat desa Semin. Tebukti dengan adanya ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap hasil olahan sendiri. sehingga menimbulkan mayoritas warga desa
bermata pencarian petani dan peternak. Para petani desa ini menanam dilahan dan
ada yang di perkarangan rumah. Tanaman yang ditanam di lahan adalah buah naga
dan padi gogo. Dan untuk tanaman yang ditanam di perkarangan rumah adalah
tanaman sayur mayur. Sedangkan untuk para peternak menternakkan hewan seperti
lele, ayam, kambing, dan sapi.
Pengaruh budaya modern terhadap budaya
desa ini tidak terpengaruh. Hal itu karena mereka ingin hidup mandiri dengan
mengambil apa yang mereka tanam dan apa yang mereka kelola. Selain itu dapat
dilihat dari kesederhanaan mereka tentang jalan raya yang masih belum di aspal,
rumah dan pagar yang sederhana, serta penanama tumbuhan menggunakan barang –
barang bekas.
Norma
– norma masyarakat yang ada dalam desa ini seperti, adanya aturan tentang
setiap hari senin dan kamis untuk memakan nasi tiwul. Kegiatan ini dibuat untuk
menjadikan masyarakat desa semakin asri dan membiasakan untuk menekan
pengeluaran ekonomi.
Adapun untuk pola pelapisan masyarakatnya
berdasarkan pada pola kepemilikan tanah. Yang mana termasuk warga desa yang
mempunyai rumah dan tanah perkarangan sendiri. Karena terlihat dari kegiatan
mereka yang mengandalkan pekarangan rumah sendiri sebagai lahan peletakan
tanaman mereka. Selain itu bagi mereka yang mempunyai perkarangan besar akan
menanam tanaman padi gogo dan buah naga. Kalau dari bidang peternakan
memelihara bebek, lele, kambing, dan sapi.
3.
Simpulan...
Desa Simen merupakan desa
yang tradisional. Desa yang terpencil ini memanfaatkan hasil alam sebagai bahan
utama untuk meneruskan kehidupan mereka. Tanaman yang digunakan adalah tanaman
hortikultura. Sedangkan dalam bidang peternakan memelihara hewan yang biasa
yang diternak di pedesaan, seperti kambing dan sapi. Selain itu masyarakat desa
ini tidak mengandalkan bantuan pemerintah, karena masih mengandalkan dari alam.
Oleh karena itu peran dari pihak luar untuk membantu mengembangkan pola
kegiatan masyarakat desa ini.
Refrensi...
Anonim. 2013. http://www.infosoloraya.com/petani-semin-di-wonogiri-kewalahan-order-buah-naga/#sthash.1Tig6LqY.dpuf.
15 September 2014.
Anonim.
Dokumentasi. “Desa Semin Wonogiri Contoh Desa Mandiri Pangan”. Humas
Pemprov Jawa Tengah. Wonogiri, 11 April
2013.
Kartika
A. Dkk. 2012. Laporan Praktikum Ekonomi Pertanian Desa Semin. Surakarta: Laboratorium
ekonomi pertanian fakultas pertanian Universitas Sebelas Maret.
Wiriaattmardja,
S. M. A. 1981. Pokok-Pokok Sosiologi
Pedesaan. Jakarta : C.V. YASAGUMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar